Sabtu, 18 Januari 2014

Psikologi Kultural Historis Vygotsky

Berikut merupakan penjelasan teori Psikologi Kultural Historis dari teori Vygotsky 

Asumsi Dasar

Terdapat tiga bidang yang membetuk landasan analisis Vygotsky terhadap perkembangan kapabilitas mental manusia. Bidang itu adalah hakikat kecerdasan manusia, dua deret baris perkembangan psikologis yang berbeda, biologis, dan kultural historis, desain metode eksperimental untuk investigasi proses psikologis yang dinamis.

Hakikat Kecerdasan Manusia

Perbedaan hewan dan manusia dalam kegiatan mental yaitu tindakan yang terstruktur tidak selalu merupakan tindakan intelektual. Tindakan monyet yang mengandung tujuan hanya akan bermakna di dalam situasi eksperimen tertentu, tetapi tidak bermakna di luar situasi itu. Sebaliknya, anak dapat mengembangkan ide mengenai alat sebagai pelaksana fungsi dalam berbagai macam konteks. Penganut Gestalt mengklaim restrukturisasi mental atas suatu situasi sebagai prinsip belajar universal.

Deret Perkembangan Biologis dan Kultural-Historis

Analisis perbedaan antara perilaku hewan dan manusia menimbulkan identifikasi dua deret perkembangan psikologis yang berbeda secara kualitatif, yaitu:

  1. Prinsip biologis à Bertanggung jawab atas perkembangan persepsi, memori sederhana, dan perhatioan involuntaro (perkembangan natural)
  2. Faktor kultural-historis à Bertanggung jawab atas perkembangan fungsi mental yang  komples saat anak menguasai perilakunyasendiri melalui belajar tanda dan simbol kultur, serta berinteraksi dengan  orang lain di dalam kultur tersebut.

Metode Eksperimental-Genetik (Developmental)
Vygotsky dan rekannya membuat eksperimen yang disebut metode eksperimental-genetik. Vigotsky dan rekannya memberi anak tugas yang diatas kemampuan alamiah mereka, seperti mengingat daftar kata yang panjang. Objek didekatkan di sebelahnya, seperti gambar. Tugasnya terdiri dari stimuli objek (fokus tugas) dan materi lain (berbagai macam stimuli potensial). Vygotsky menyebut model eksperimenal ini sebagai model stimulasi ganda fungsional, karena perilaku individual diorganisasikan oleh dua perangkat stimuli. Eksperimen yang dilakukan oleh Vygotsky dan rekannya adalah pada memori dan perhatian.
 Tujuan dalam eksperimen memori adalah untuk mengingat 15 kata atau angka. Dalam eksperimen mengingat kata, gambar-gambar yang tidak berkaitan diberikan sebagai stimuli bantuan potensial. Eksperimenter membacakan setiap kata keras-keras dan subjeknya memilih gambar. Setelah presentasi kata, eksperimenter mengumpulkan gambar dan mengaturnya. Kemudian, sambil memegang setiap gambar, eksperimenter meminta subjek untuk menyebut kata yang berhubungan dengan gambar itu.







SUMBER :

Gtedler, Margaret. E. 2011. Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana

Perkembangan Kognitif Piaget


   
Berikut merupakan teori perkembangan kognitif dari salah satu tokoh Psikologi yaitu Jean Piaget:


Asumsi Dasar Teori


Pendapat Konstruktivis tentang Kecerdasan
Pengetahuan merupakan proses mengetahui melalui interaksi dengan lingkungan, dan kecerdasan adalah sistem terorganisasi yang membentuk struktur yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan lingkungan.



Pendapat Konstruktivis tentang Kecerdasan
Pengetahuan merupakan proses mengetahui melalui interaksi dengan lingkungan, dan kecerdasan adalah sistem terorganisasi yang membentuk struktur yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan lingkungan.





    Proses Kognitif

Individu menggunakan schema (skema) untuk memahami dunia mereka. Skema merupakan konsep atau kerangka yang eksis di dalam pikiran individu yang dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi.
Piaget (1952) mengungkapkan terdapat dua proses cara menggunakan skema: 

Asimilasi terjadi ketika individu memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada. Contohnya, seprang adik yang diberi kertas gambar dan krayon, awalnya dia tidak mengerti mau melakukan apa dengan benda-benda tersebut, tapi dengan mengamati kakaknya, sang adik mengerti bahwa kertas gambar tersebut bisa digambar dengan menggunakan krayon warna-warni menjadi gambar yang cantik.

Akomodasi terjadi ketika individu menyesuaikan diri pada informasi baru. Contohnya, ketika adik tidak tahu harus bagaimana menggambar dengan baik namun karea kakak mengajari adik dengan memilih warna-warna yang sesuai untuk menggambar akhirnya adik bisa  menggambar dengan lebih baik.

   Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Empat tahapan Perkembangan Kognitif Piaget, yaitu sebagai berikut:

  1. Tahap Sensorimotor (dari kelahiran – 2 tahun)

Pada tahap ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengordinasikan pengalaman indera (sensory) mereka (seperti melihat dan mendengar) dengan gerakan (otot) mereka (menggapai, menyentuh)-oleh karena itu disebut sebagai sensorimotor. Pencapaian kognitif yang penting di usia bayi adalah object permanance, yaitu pemahaman bahwa objek dan kejadian terus eksis bahkan ketika objek dan kejadian itu tidak dapat dilihat, didengar, atau disentuh.
Menjelang akhir priode sensorimotor, anak bisa membedakan antara dan dirinya dunia di sekitarnya dan menyadari bahwa objek tetap ada dari waktu ke waktu.

  1. Tahap Pra-operasional (usia 2 – 7 tahun)

Pada tahap ini, anak lebih egosentris dan intuitif. Pemikiran pra-operasional terdiri dari dua subtahap: fungsi simbolis dan pemikiran intuitif.

Subtahap fungsi simbolis (usia 2 – 4 tahun)
Bahasa mulai berkembang dan kemunculan sikap bermain adalah contoh lain dari peningkatan pemikiran simbolis. Anak kecil mulai mencoret-coret gambar orang, rumah, mobil, awan, dan benda lainnya. pemikiran pra-operasional masih mengandung dua keterbatasan: egosentris dan animisme. Egosentris adalah ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif sendiri dengan perspektif orang lain.

Subtahap pemikiran intuitif (usia 4 – 7 tahun)
Tahap pra-oprasional ini menunjukkan karaktersitik pemikiran yang disebut centration yaitu pemokusan (pemusatan) perhatian pada satu karakteristik dengan mengabaikan karaktersitik lainnya. centration tampak jelas dalam kurangnya conservation  dari anak, yaitu ide bahwa beberapa karaktersitik dari objek itu tetap sama meski objek itu berubah penampilannya.

  1. Tahap Operasional Konkret (usia 7 – 11 tahun)

Pemikiran operasional konkret mencakup penggunaan operasi. Penalaran logika matematika menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya dalam situasi konkret. Pada tahap ini, anak secara mental bisa melakukan sesuatu yang sebelumnya hanya bisa mereka lakukan secara fisik, dan mereka dapat membalikkan operasi konkret ini.
Aspek lain dari penalaran tentang hubungan antar kelas adalah transivity yaitu kemampuan untuk mengombinasikan hubungan sceara logis untuk memahami kesimpulan tertentu.

  1. Tahap Operasional Formal (usia 7 – 15 tahun)

Pada tahap ini, individu sudah mulai memikirkan pengalaman di luar pengalaman konkret, dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis, dan logis. Sebaliknya, pemikir operasional formal dapat memecahkan persoalan ini walau problem ini hanya disajikan secara verbal. Selain memiliki kemampuan abstraksi, pemikir operasional formal juga punya kemampuan untuk melakukan idealisasi dan membayangkan kemungkinan-kemungkinan. Pemikir idealis ini bisa menjadi fantasi atau khayalan.








Sumber :

Gtedler, Margaret. E. 2011. Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana