Berikut merupakan teori perkembangan kognitif dari
salah satu tokoh Psikologi yaitu Jean Piaget:
Asumsi Dasar Teori
|
|
Pendapat Konstruktivis tentang Kecerdasan
Pengetahuan merupakan proses
mengetahui melalui interaksi dengan lingkungan, dan kecerdasan adalah sistem
terorganisasi yang membentuk struktur yang dibutuhkan untuk beradaptasi
dengan lingkungan.
|
Pendapat Konstruktivis tentang Kecerdasan
Pengetahuan merupakan proses mengetahui melalui
interaksi dengan lingkungan, dan kecerdasan adalah sistem terorganisasi yang
membentuk struktur yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan lingkungan.
|
Proses Kognitif
Individu menggunakan schema (skema) untuk
memahami dunia mereka. Skema merupakan konsep atau kerangka yang eksis di dalam
pikiran individu yang dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan
informasi.
Piaget (1952) mengungkapkan terdapat dua proses cara menggunakan
skema:
Asimilasi terjadi
ketika individu memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah
ada. Contohnya, seprang adik yang diberi kertas gambar dan krayon, awalnya dia
tidak mengerti mau melakukan apa dengan benda-benda tersebut, tapi dengan
mengamati kakaknya, sang adik mengerti bahwa kertas gambar tersebut bisa
digambar dengan menggunakan krayon warna-warni menjadi gambar yang cantik.
Akomodasi terjadi ketika individu menyesuaikan diri pada informasi baru. Contohnya,
ketika adik tidak tahu harus bagaimana menggambar dengan baik namun karea kakak
mengajari adik dengan memilih warna-warna yang sesuai untuk menggambar akhirnya
adik bisa menggambar dengan lebih baik.
Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Empat tahapan Perkembangan Kognitif Piaget,
yaitu sebagai berikut:
- Tahap Sensorimotor (dari kelahiran – 2 tahun)
Pada tahap ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan
mengordinasikan pengalaman indera (sensory) mereka (seperti melihat dan
mendengar) dengan gerakan (otot) mereka (menggapai, menyentuh)-oleh karena itu
disebut sebagai sensorimotor. Pencapaian kognitif yang penting di usia bayi
adalah object permanance, yaitu pemahaman bahwa objek dan kejadian terus
eksis bahkan ketika objek dan kejadian itu tidak dapat dilihat, didengar, atau
disentuh.
Menjelang akhir priode sensorimotor, anak bisa
membedakan antara dan dirinya dunia di sekitarnya dan menyadari bahwa objek
tetap ada dari waktu ke waktu.
- Tahap Pra-operasional (usia 2 – 7 tahun)
Pada tahap ini, anak lebih egosentris dan intuitif.
Pemikiran pra-operasional terdiri dari dua subtahap: fungsi simbolis dan
pemikiran intuitif.
Subtahap fungsi simbolis (usia 2 – 4 tahun)
Bahasa mulai
berkembang dan kemunculan sikap bermain adalah contoh lain dari peningkatan
pemikiran simbolis. Anak kecil mulai mencoret-coret gambar orang, rumah, mobil,
awan, dan benda lainnya. pemikiran pra-operasional masih mengandung dua
keterbatasan: egosentris dan animisme. Egosentris adalah ketidakmampuan untuk membedakan antara
perspektif sendiri dengan perspektif orang lain.
Subtahap pemikiran intuitif (usia 4 – 7 tahun)
Tahap
pra-oprasional ini menunjukkan karaktersitik pemikiran yang disebut centration yaitu pemokusan
(pemusatan) perhatian pada satu karakteristik dengan mengabaikan karaktersitik
lainnya. centration tampak jelas dalam kurangnya conservation dari anak,
yaitu ide bahwa beberapa karaktersitik dari objek itu tetap sama meski objek
itu berubah penampilannya.
- Tahap Operasional Konkret (usia 7 – 11 tahun)
Pemikiran operasional konkret mencakup penggunaan
operasi. Penalaran logika matematika menggantikan penalaran intuitif, tetapi
hanya dalam situasi konkret. Pada tahap ini, anak secara mental bisa melakukan
sesuatu yang sebelumnya hanya bisa mereka lakukan secara fisik, dan mereka
dapat membalikkan operasi konkret ini.
Aspek lain dari penalaran tentang hubungan antar kelas
adalah transivity yaitu
kemampuan untuk mengombinasikan hubungan sceara logis untuk memahami kesimpulan
tertentu.
- Tahap Operasional Formal (usia 7 – 15 tahun)
Pada tahap ini, individu sudah mulai memikirkan
pengalaman di luar pengalaman konkret, dan memikirkannya secara lebih abstrak,
idealis, dan logis. Sebaliknya, pemikir operasional formal dapat memecahkan
persoalan ini walau problem ini hanya disajikan secara verbal. Selain memiliki
kemampuan abstraksi, pemikir operasional formal juga punya kemampuan untuk
melakukan idealisasi dan membayangkan kemungkinan-kemungkinan. Pemikir idealis
ini bisa menjadi fantasi atau khayalan.
Sumber :
Gtedler,
Margaret. E. 2011. Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta:
Kencana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar