Sabtu, 18 Januari 2014

Perkembangan Kognitif Piaget


   
Berikut merupakan teori perkembangan kognitif dari salah satu tokoh Psikologi yaitu Jean Piaget:


Asumsi Dasar Teori


Pendapat Konstruktivis tentang Kecerdasan
Pengetahuan merupakan proses mengetahui melalui interaksi dengan lingkungan, dan kecerdasan adalah sistem terorganisasi yang membentuk struktur yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan lingkungan.



Pendapat Konstruktivis tentang Kecerdasan
Pengetahuan merupakan proses mengetahui melalui interaksi dengan lingkungan, dan kecerdasan adalah sistem terorganisasi yang membentuk struktur yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan lingkungan.





    Proses Kognitif

Individu menggunakan schema (skema) untuk memahami dunia mereka. Skema merupakan konsep atau kerangka yang eksis di dalam pikiran individu yang dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi.
Piaget (1952) mengungkapkan terdapat dua proses cara menggunakan skema: 

Asimilasi terjadi ketika individu memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada. Contohnya, seprang adik yang diberi kertas gambar dan krayon, awalnya dia tidak mengerti mau melakukan apa dengan benda-benda tersebut, tapi dengan mengamati kakaknya, sang adik mengerti bahwa kertas gambar tersebut bisa digambar dengan menggunakan krayon warna-warni menjadi gambar yang cantik.

Akomodasi terjadi ketika individu menyesuaikan diri pada informasi baru. Contohnya, ketika adik tidak tahu harus bagaimana menggambar dengan baik namun karea kakak mengajari adik dengan memilih warna-warna yang sesuai untuk menggambar akhirnya adik bisa  menggambar dengan lebih baik.

   Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Empat tahapan Perkembangan Kognitif Piaget, yaitu sebagai berikut:

  1. Tahap Sensorimotor (dari kelahiran – 2 tahun)

Pada tahap ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengordinasikan pengalaman indera (sensory) mereka (seperti melihat dan mendengar) dengan gerakan (otot) mereka (menggapai, menyentuh)-oleh karena itu disebut sebagai sensorimotor. Pencapaian kognitif yang penting di usia bayi adalah object permanance, yaitu pemahaman bahwa objek dan kejadian terus eksis bahkan ketika objek dan kejadian itu tidak dapat dilihat, didengar, atau disentuh.
Menjelang akhir priode sensorimotor, anak bisa membedakan antara dan dirinya dunia di sekitarnya dan menyadari bahwa objek tetap ada dari waktu ke waktu.

  1. Tahap Pra-operasional (usia 2 – 7 tahun)

Pada tahap ini, anak lebih egosentris dan intuitif. Pemikiran pra-operasional terdiri dari dua subtahap: fungsi simbolis dan pemikiran intuitif.

Subtahap fungsi simbolis (usia 2 – 4 tahun)
Bahasa mulai berkembang dan kemunculan sikap bermain adalah contoh lain dari peningkatan pemikiran simbolis. Anak kecil mulai mencoret-coret gambar orang, rumah, mobil, awan, dan benda lainnya. pemikiran pra-operasional masih mengandung dua keterbatasan: egosentris dan animisme. Egosentris adalah ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif sendiri dengan perspektif orang lain.

Subtahap pemikiran intuitif (usia 4 – 7 tahun)
Tahap pra-oprasional ini menunjukkan karaktersitik pemikiran yang disebut centration yaitu pemokusan (pemusatan) perhatian pada satu karakteristik dengan mengabaikan karaktersitik lainnya. centration tampak jelas dalam kurangnya conservation  dari anak, yaitu ide bahwa beberapa karaktersitik dari objek itu tetap sama meski objek itu berubah penampilannya.

  1. Tahap Operasional Konkret (usia 7 – 11 tahun)

Pemikiran operasional konkret mencakup penggunaan operasi. Penalaran logika matematika menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya dalam situasi konkret. Pada tahap ini, anak secara mental bisa melakukan sesuatu yang sebelumnya hanya bisa mereka lakukan secara fisik, dan mereka dapat membalikkan operasi konkret ini.
Aspek lain dari penalaran tentang hubungan antar kelas adalah transivity yaitu kemampuan untuk mengombinasikan hubungan sceara logis untuk memahami kesimpulan tertentu.

  1. Tahap Operasional Formal (usia 7 – 15 tahun)

Pada tahap ini, individu sudah mulai memikirkan pengalaman di luar pengalaman konkret, dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis, dan logis. Sebaliknya, pemikir operasional formal dapat memecahkan persoalan ini walau problem ini hanya disajikan secara verbal. Selain memiliki kemampuan abstraksi, pemikir operasional formal juga punya kemampuan untuk melakukan idealisasi dan membayangkan kemungkinan-kemungkinan. Pemikir idealis ini bisa menjadi fantasi atau khayalan.








Sumber :

Gtedler, Margaret. E. 2011. Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana


Tidak ada komentar:

Posting Komentar