Selasa, 01 Oktober 2013

BAB 10 KOGNITIF SOSIAL BANDURA


PRINSIP BELAJAR

            Teori kognitif-sosial Albert Bandura berusaha menjelaskan belajar dalam latar naturalistik. Berbeda dengan latar laboratorium, lingkungan sosial memberi banyak kesempatan bagi individu untuk mendapatkan keterampilan dan kemampuan yang kompleks melalui observasi perilaku model dan konsekuensi behavioral.

Asumsi Teori Belajar Kognitif-Sosial

  1. Pemelajar dapat (a) mengabstraksi informasi dari pengamatan terhadap orang lain, dan (b) membuat keputusan tentang perilaku yang akan dijalankan.
  2. Tiga cara relasi yang saling terkait antara perilaku (B), lingkungan  (E) dan kejadian personal internal (P) akan menjelaskan belajar.
  3.  Belajar adalah akuisisi representasi simbolis dalam bentuk kode verbal atau visual.

Komponen Belajar
Dalam latar naturalistik, individu mempelajari perilaku baru melalui observasi atau model serta akibat dari tindakannya.

  1. Model Kelakuan

  • Model nyata antara lain adalah anggota keluarga, kawan, rekan ketja, dan orang lain yang berhubungan langsung dengan individu.
  • Model simbolik sebaliknya adalah gambaran representasi perilaku, seperti televisi dna film yang menggambarkan lingkungan dan situasi dimana anak, remaja, atau orang dewasa tidak berhubungan langsung dengan situasi itu.


  1.  Konsekuensi dari perilaku yang dicontohkan
  • Penguatan pengganti (vicarious reinforcement. Perilaku model harus menghasilkan penguatan untuk perilaku tertentu, dan reaksi emosional positif harus terbangkitkan pada diri pengamat.
  • Penguatan langsung adalah hasil langsung yang dimunculkan oleh perilaku imitiatif selanjutnya dari pengamat.
  • Penguatan yang diatur sendiri oleh pengamat untuk perilaku imitiatifnya.

  1. Proses Internal Pemelajar
Proses  kognitif  berperan penting dalam belajar. Kemamuan pemelajar untuk mengkodekan dan menyimpan pengalaman fana ke dalam bentuk simbolik. Pemprosesan kognitif terhadap peristiwa dan konsekuensi potensial menjadi pedoman perilaku pemelajar. Misalnya pengetahuan tentang kemungkinan rugi juka tidak punya asuransi menjadi stimulus yang mendorong seseorang untuk membeli asuransi perlindungan rumah.

  1. Keyakinan Akan Ketangguhan Diri Pemelajar
     
 Ketangguhan diri (self efficacy) merupakan keyakinan seseorang pada kemampuannya untuk mengorganisasikan dan melaksanaka tindakan yang diperlukan untuk mendapatkan capaian tertentu. Sumber self efficacy: (a) Pengalaman penguasaan, pengalaman keberhasilan sebelumya akan menaikkan self efficacy, sedangkan kegagalan yang berulang akan menurunkan self efficacy. (b) Pengalaman pengganti, mengamati kesuksesan orang lain dianggap sama dengan si pengamat. (c) Persuasi verbal, persuasi dapat membantu menghadapi keraguan seseorang. (d) Keadaan fisiologis dan emosional, seperti reaksi stress dan ketegangan. Seseorang cenderung menginterpretasikan reaksi fisiologis negatif, seperti ketegangan, sebagai indikator untuk menghasilkan kinerja yang buruk.

Berdasarkan teori kognitif sosial Bandura tersebut, saya juga mempunyai  pengalaman  yang berkaitan dengan self efficacy, yaitu pada saat saya hendak mengikuti ujian akhir nasional di SMA, berkaitan dengan penguat pengganti di mana awalnya saya sangat ragu bisa lulus ujian namun saya berangkat dari pengalaman abang saya bahwa dia bisa juga lulus tahun sebelumnya, di mana kami selalu belajar bersama, sehingga saya merasa saya juga bisa lulus seperti abang saya, karena saya selalu mengikuti apa yang abang saya lakukan dalam hal belajar, sehingga awalnya self-efficacy saya yang awalnya rendah bisa meningkat dan akhirnya membuat saya yakin bisa lulus ujian akhir nasional.




Sumber:
Gtedler, Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar