MINI PROYEK
TOPIK : Pendidikan Berkebutuhan Khusus suatu Fenomena
TOPIK : Pendidikan Berkebutuhan Khusus suatu Fenomena
Judul : Anak
Berkebutuhan Khusus “ Autis “di Lingkungan Sekolah Luar Biasa
PERENCANAAN
A. Pendahuluan
Anak berkebutuhan khusus
merupakan anak-anak yang memiliki gangguan atau ketidakmampuan dan anak-anak
yang tergolong berbakat. Anak-anak ini digolongkan lagi sebagai berikut :
gangguan organ indra ( sensory), gangguan fisik, retardasi mental, gangguan
bicara dan bahasa, gangguan belajar (learning
disorder), attention deficit hyperactivity disorder, dan gangguan emosional
dan perilaku. Disini kami lebih menyoroti mengenai anak autis.
Banyak wilayah di Indonesia, khususnya
di daerah-daerah yang jauh dari pusat kota, di mana sebagian besar penduduknya
mungkin belum mengetahui banyak informasi mengenai Autis. Anak-anak penyandang
autis ini mendapat perlakuan yang tidak selayaknya. Masyarakat memandang
anak-anak ini dengan sebelah mata, anak-anak ini sering dianggap seperti orang
gila dan orangtua dari penyandang autis ini pun sering merasa malu, sehingga
anak-anak ini sering kali diasingkan, ataupun diisolasi oleh orangtuanya.
Labeling inilah yang menghambat proses pengoptimalisasian potensi yang dimiliki
anak-anak Autis.
Jika kita lihat di luar negeri,
penderita autis ini sangat diperdulikan dengan semakin dioptimalkannya
pendidikan pada anak-anak ini. Seharusnya dari hal tersebut kita dapat berkaca,
dan memperbaiki diri, bahwa anak-anak ini juga sama, mereka juga punya hak
untuk mengecap pendidikan, karena jika dilihat lagi di Negara kita, pendidikan
untuk anak-anak ini masih lemah, sebab tidak semua masyarakat bisa
menyekolahkan anak-anak ini di sekolah khusus anak berkebutuhan khusus karena
terhambat oleh masalah biaya yang tergolong masih mahal, padahal jika pendidikan ini dioptimalkan,
mereka pun bisa sukses dan berprestasi bahkan melebihi anak normal. Pada
kesempatan kali ini kami melakukan observasi yang akan sangat bermanfaat yaitu
bagaimana anak penderita autis ini sekolah di salah satu sekolah SLB C, dari
hasil observasi yang kami lakukan ini kami berharap kita semua akan sadar bahwa
anak-anak ini juga bisa dan layak untuk mendapatkan perlakuan yang baik serta
pendidikan yang baik. Sudah seharusnya pemerintah juga dapat lebih
memperhatikan keberadaan anak autis di Indonesia dengan memfasilitasi kebutuhan
pendidikan untuk anak autis dengan biaya pendidikan yang terjangkau.
B.
Landasan Teori
Autisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu autos yang artinya diri yang tidak berdaya. Menurut Kamus Lengkap Psikologi J.P Chaplin (2001), ada tiga pengertian autisme :
1. cara berpikir yang
dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri.
2. menanggapi dunia
berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri dan menolak realitas.
3. keasyikkan ekstrim
dengan pikiran dan fantasi sendiri.
Penyebab autisme sampai saat ini belum dapat
diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor predisposisi yang
memungkinkan terjadinya autisme, yaitu: faktor genetik, faktor hormonal, kelainan
pranatal, proses kelahiran yang kurang sempurna, serta penyakit tertentu yang
diderita sang ibu ketika mengandung atau melahirkan sehingga menimbulkan
gangguan pada perkembangan susunan saraf pusat yang mengakibatkan fungsi otak
terganggu.
Pada sebagian anak gejala autisme sudah nampak
semenjak lahir, namun sebagian pula sempat mengalami perkembangan sebagai anak
normal, dan akhirnya perkembangannya itu berhenti sebelum mencapai usia 3
tahun. Gejala autis sangat terlihat jelas ketika anak berusia 3 tahun. Hal yang
menarik lainnya dari autisme yaitu gejala ini lebih banyak ditemukan pada anak
laki-laki dibandingkan anak perempuan dengan perbandingan 3:1.
Teori Psikososial
Kanner
mempertimbangkan adanya pengaruh psikogenik sebagai penyebab autisme: orangtua
yang emosional, kaku, dan obsessif, yang mengasuh anak mereka dalam suatu
atmosfir yang secara emosional kurang hangat, bahkan dingin. Pendapat lain
mengatakan adanya trauma pada anak yang disebabkan hostilitas yang tidak
disadari dari ibu, yang sebenarnya tidak menghendaki anak ini. Ini
mengakibatkan gejala penarikan diri pada anak dengan autisme. Menurut Bruno
Bettelheim, perilaku orangtua dapat menimbulkan perasaan terancam pada
anak-anak. Teori-teori ini pada 1950-1960 sempat membuat hubungan dokter dengan
orangtua mengalami krisis dan menimbulkan perasaan bersalah serta bingung pada
para orangtua yang telah cukup berat bebannya dengan mengasuh anak dengan
autisme.
Sumber lain menyebutkan Autistic disorder adalah adanya gangguan
atau abnormalitas perkembangan pada interaksi social dan komunikasi serta
ditandai dengan terbatasnya aktifitas dan ketertarikan. Munculnya gangguan ini
sangat tergantung pada tahap perkembangan dan usia kronologis individu.
Autistic disorder kadang-kadang dianggap early infantile autism, childhood
autism, atau Kanner’s autism (American Psychiatric Association, h. 70, 2000).
Perilaku autistic digolongkan dalam dua jenis, yaitu
perilaku yang eksesif (berlebihan) dan perilaku yang deficit (berkekurangan).
Yang termasuk perilaku eksesif adalah hiperaktif dan tantrum (mengamuk) berupa
menjerit, menggigit, mencakar, memukul, dsb. Di sini juga sering terjadi anak
menyakiti dirinya sendiri (self-abused). Perilaku deficit ditandai dengan
gangguan bicara, perilaku social kurang sesuai, deficit sensori sehingga dikira
tuli, bermain tidak benar dan emosi yang tidak tepat, misalnya tertawa-tawa
tanpa sebab, menangis tanpa seba, dan melamun.
World Health Organization's
International Classification of Diseases (ICD-10) mendefinisikan autisme (dalam
hal ini khusus childhood autism) sebagai adanya keabnormalan dan atau gangguan
perkembangan yang muncul sebelum usia tiga tahun dengan tipe karakteristik
tidak normalnya tiga bidang yaitu interkasi social, komunikasi, dan perilaku
yang diulang-ulang (World Health Organozation, h. 253, 1992). WHO juga
mengklasifikasikan autisme sebagai gangguan perkembangan sebagai hasil dari
gangguan pada system syaraf pusat manusia. Autisme dimulai pada awal masa
kanak-kanak dan dapat diketahui pada minggu pertama kehidupan. Dapat ditemukan
pada semua kelas social ekonomi maupun pada semua etnis dan ras. Penderita
autisme sejak awal kehidupan tidak berhubungan dengan orang lain dengan cara
yang biasa. Delapan puluh persen anak autis memiliki IQ dibawah 70 (Davison, h.
436-437, 1998) yang bisa digolongkan juga sebagai retardasi mental.
Akan tetapi autisme berbeda dengan
retardasi mental. Penderita retardasi mental menunjukkan hasil yang
memprihatinkan pada semua bagian dari sebuah tes inteligensi. Berbeda dengan
penderita autis, mereka mungkin menunjukkan hasil yang buruk pada hal yang
berhubungan dengan bahasa tetapi mereka ada yang menunjukkan hasil yang baik
pada kemampuan visual-spatial, perkalian empat digit, atau memiliki long term
memory yang baik. Mereka mungkin memiliki bakat besar yang tersembunyi. Dahulu
dikatakan autisme merupakan kelainan seumur hidup, tetapi kini autisme
mempunyai harapan untuk menjadi normal dengan diberikannya pendidikan yang
tepat sedini mungkin, yaitu pada masa kanak-kanak awal.
C.
Tujuan
· Untuk mengetahui bagaimana dampak
pendidikan terhadap anak-anak autis di SLB
· Untuk mengetahui bagaimana pendidikan berpengaruh terhadap
perkembangan anak autis
D. Alat dan
Bahan
- Laptop
Reward
- Kamera
Alat tulis
- Angket kue
E. Analisis Data
Data didapat dengan melakukan observasi di salah satu sekolah SLB C terhadap salah
satu anak penderita autis yang menjadi fokus observasi dan wawancara terhadap
guru pribadi selama 17 tahun mendidik anak tersebut. Data dari hasil observasi
dan wawancara menjadi sumber dan data ini yang kami simpulkan.
F. Objek atau Subjek
Salah satu anak autis di
SLB C di kota Medan ( Nama dan tempat sekolah serta nama anak dirahasiakan
karena menjaga privasi Sekolah tersebut )
G. Jadwal Pelaksanaan
Bulan
Kegiatan
|
Maret
|
April
|
Mei
|
juni
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
Pemilihan topik
|
||||||||||||||||
Menentukan Judul
|
||||||||||||||||
Membuat Pendahuluan
|
||||||||||||||||
Menentukan Landasan Teori
|
||||||||||||||||
Membuat konsep penelitian
|
||||||||||||||||
Izin Ke Sekolah
|
||||||||||||||||
Meminta surat izin dari fakultas
psikologi
|
||||||||||||||||
Mengantar surat ke sekolah
|
||||||||||||||||
Penelitian
|
||||||||||||||||
Menganalisis data & menarik
Kesimpulan
|
||||||||||||||||
Mengevaluasi Kegiatan
|
||||||||||||||||
Membuat Poster
|
||||||||||||||||
Posting di Blog
|
Keterangan :
- Pemilihan topik :
15 Maret 2012
- Menentukan Judul : 23 April 2012
- Membuat Pendahuluan :
25 April 2012
- Menentukan Landasan Teori : 25
April 2012
- Membuat konsep
penelitian
: 27 April 2012
- Izin Ke Sekolah : 8
Mei 2012
- Meminta surat izin dari fakultas
psikologi : 9 Mei 2012
- Mengantar surat ke sekolah : 10 Mei 2012
- Penelitian : 10 Mei 2012
- Menganalisis data & menarik
Kesimpulan : 5 Juni 2012
- Mengevaluasi Kegiatan :
5 Juni 2012
- Membuat Poster : 6 Juni 2012
- Posting di Blog :
8 Juni 2012
H.
Kalkulasi Biaya
Barang yang dibeli
|
Harga
|
· reward (kue)
|
Rp 40.000
|
· Transportasi
|
Rp 20.000
|
· Poster
|
Rp 7.000
|
Jumlah
|
Rp 67.000
|
PELAKSANAAN
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2012.
Pertama kali yang kami laksanakan adalah membeli reward berupa kue yang akan
kami bawa ke SLB sekitar pukul 09.30 ke sebuah toko roti, lalu kami menaiki angkutan umum untuk menuju
lokasi, yaitu SLB C. Sekitar 30 menit perjalanan dengan sedikit perbincangan
mengenai perasaan kami yang camour aduk antara senang dan takut bahwa akan
bertemu adik-adik di sekolah SLB, akhirnya kami sampai di lokasi yang dituju
yaitu sekitar pukul 11.00. Suster pengurus SLB menyambut kami dengan hangat,
kami sangat senang sekali akan hal itu, lalu kami diberi wewenang oleh suster
tersebut untuk naik ke kelas anak yang menjadi objek penelitian oservasi kami.
Sesampainya di kelas tersebut, ternyata anak-anak
sedang istirahat dan hal itu merupakan waktu yang tepat untuk kami melakukan
observasi. Hal pertama kami lakukan adalah menghampiri guru pendidik
yang juga merupakan guru pribadi dari anak yang manjadi objek penelitian kami
yang berada di kelas tersebut, dan menyapa adik-adik yang ada disana, sungguh
satu kesempatan yang berharga sekali melihat senyuman bahagia dari adik-adik
ini. Rasa haru menyelimuti perasaan kami. Setelah itu kami berkenalan dengan
adik yang menjadi fokus utama kami, dia menyendiri, duduk di dekat jendela, dia
tidak mau menatap kami, hanya jika sang guru memanggil namanya saja dia mau
menoleh dan menyahut. Tibalah waktunya untuk kami mengambil gambar video yang
sudah kami persiapkan dengan kemera digital sebelumnya. Sebagai dokumentasi, kami
merekam kegiatan serta prestasi-prestasinya, contohnya merekam saat dia belajar,
berpidato berbahasa inggris, dia mampu berbahasa dan menghitung yang sangat
baik. Bukan hanya bahasa Inggris namun bahasa internasional lainnya dapat Ia
kuasai, selain itu juga dia mampu mengoperasikan computer dengan sangat baik.
Kekaguman kami bertambah ketika kami mendapatkan informasi mengenai dia dengan melakukan
wawancara dengan guru pribadinya yang sudah selama tujuh belas tahun
mendidiknya, semenjak dia berusia enam tahun hingga sekarag dia berumur dua
puluh tahun guru tersebut menjadi guru pendidiknya. Banyak perubahan drastis
yang terjadi padanya setelah dia sekolah di SLB ini.
Setelah sekitar dua jam melakukan observasi dan
wawancara tiba wakunya kami untuk berpamitan, namun tidak lupa kami meminta
adik-adik serta guru untuk berfoto bersama kami, sebagai kenang-kenangan yang
berharga serta tidak terlupakan bagi kami. Sebagai tanda terimakasih kami
terhadap sekolah serta guru yang bersedia membantu kami ini, kami memberikan
sedikit tanda terimakasih kami yaitu berupa kue, yang kami berikan kepada guru
juga suster, kami juga ingin memberikan kue kepada adik adik dan anak yang kami
observasi namun ternyata tidak sembarangan makanan yang bisa diberikan kepada
mereka, karena makanan mereka sudah diatur dengan baik dan ketat. Dan hal imi
pengalaman sangat berharga bagi kami bisa berinteraksi langsung dengan
adik-adik ini, senyum mereka tidak pernah lepas dari pandangan kami. Dan
mengetahui secara nyata di lapangan bahwa mereka juga bisa berprestasi dan
belajar sperti kita yang normal.
Setelah selesai observasi dari SLB, kami membahas
data yang kami dapatkan lebih lanjut dan membuat kesimpulan dari data yang kami
dapatkan tersebut.
PELAPORAN
& EVALUASI
A.
Laporan
Kami melakukan wawancara kepada guru dengan pertanyaan sebagai
berikut :
1. Bagaimana riwayat hidup anak autis ini bu ?
2. Bagaimana awalnya ibu dapat berinteraksi dengan anak ini dan
mendidiknya , padahal seperti yang kita ketahui anak autis sangat antisocial ?
3. Bagaimana cara Ibu mengajar serta mendidiknya ?
4. Bagaimana kesehariannya selama di sekolah bu?
5. Apakah kendala yang ibu hadapi selama mengajarnya?
6. Bagaimana dampak pendidikan
terhadap anak-anak autis di SLB ?
7. Bagaimana pendidikan yang
dia dapatkan di SLB ini ?
8. Apakah tujuan pendidikan ini untuknya ?
9. Apakah ada pengaruh pendidikan ini terhadap perkembangan anak
autis ?
10. Apakah ada kemungkinan anak ini bisa sekolah di sekolah normal ?
11. Apakah ada prestasi yang dia miliki selama sekolah?
Dari wawancara tersebut kami mendapatkan data sebagai berikut :
Sewaktu ibu
anak ini mengandungnya, ibunya mengalami stress, jadi dapat dikatakan anak ini
autis disebabkan faktor genetik, menurut penuturan Ibu guru pribadi anak ini.
Sejak umur tiga tahun anak ini sangat antisocial, sama sekali dia tidak mau
berinteraksi dengan orang disekitarnya, berbicara pun dia tidak mau sama
sekali, akhirnya diketahui anak ini mengalami autis. Dengan rasa kekhawatiran
orangtuanya, anak ini dibawa ke SLB, Ibu Ros ditunjuk menjadi guru pribadi anak ini, namun bukan hal yang mudah menangani
anak ini, awal pertemuan antara ibu Ros dan anak ini diawali dengan anak ini
menggigit bu Ros, dengan gigitan yang sangat kuat menyebabkan tangan ibu Ros
yang terkena gigitan tersebut berdarah, dan spontan Bu Ros menangis, lalu melihat
bu Ros menangis, anak ini langsung berbicara dan meminta maaf kepada Bu ros,
sungguh suatu keajaiban, bukan hanya untuk orangtua anak ini, namun juga untuk
Bu Ros sendiri. Bu Ros langsung memeluk anak ini dengan sangat berbahagia,
kejadian itu menjadi awal perkembangan pesat anak tersebut, dia mulai berbicara
dengan baik namun hanya kepada orang-orang tertentu, salah satunya tentunya
kepada bu Ros, yang selalu mendampinginya. Dari usia tiga tahun anak ini
dididik oleh ibu ros hingga sekarang telah berumur dua puluh tahun. Menurut
penuturan bu Ros anak ini menderita autisme murni ganda dimana ia berperilaku
:Hyperaktip,epilepsies yang di alami selama 2 detik.
Walaupun ia yang mengalami autism, akan tetapi
kemampuan kognitifnya yang hampir sama dengan anak normal. Anak ini mampu
menyerap pelajaran dengan baik, seperti sudah disebutkan sebelumnya juga, anak
ini mampu berbahasa lebih dari satu bahasa, seperti bahasa Inggris, dia juga
dapat menghapal nama-nama Negara di belahan dunia beserta lagu-lagu
nasionalnya, dia juga akan antusias sekali bila diminta bu Ros untuk berpidato
bahasa Inggris dengan lancarnya. Dan dia juga berprestasi dalam bidang ini,
yaitu pernah menjadi salah satu pemenang pidato bahasa Inggris SLB C
se-Sumatera Utara. Namun bu Ros mempunyai strategi pengajaran yang khusus untuk
anak ini, yaitu seperti yang disebutkan bu Ros, pertama harus menjiwai ,
mengambil hatinya dalam arti bisa mendekati dia
karena apabila dia sudah senang dan dekat dengan kita, dia akan menurut
dan mau melakukan apa saja hal-hal yang kita katakan, begitulah cara Bu Ros
dalam mengajar anak ini yaitu lebih menekankan kasih sayang dalam mendidiknya ,
sehingga anak ini dan bu Ros sangat dekat sekali, sudah seperti keluarga
sendiri. Namun bukan berarti mereka sudah dekat tidak ada masalah, seperti yang
sudah kita ketahui anak-anak ini memiliki masalah dalam hal emosi, jadi bisa saja
anak ini tiba-tiba meluapkan emosinya yang tidak terkontrol dan bu Rosa
mengatasinya degan cara membiarkan emosi anak ini keluar, dan setelah itu
menasehatinya dengan penuh kasih sayang, dan memberi tahu bahwa hal tersebut
tidak baik dilakukan. Sehingga anak ini dapat bersikap dengan lebih baik. Hal
yang paling menakjubkan adalah ketika anak ini merakit computer sendiri, sesaat
setelah ayahnya membeli computer yang masih berbentuk kerangka, dia langsung
merakit computer tersebut, tanpa bantuan orang lain, sungguh sangat
mengagumkan, dia juga langsung dapat mengoperasikan computer tersebut tanpa
belajar dengan siapapun padahal hal tersebut belum pernah dipelajarinya sesuai
dengan teori yang ada bahwa anak-anak ini menyimpan bakat tertentu.
Keseharian
anak ini disekolah sudah sangat baik, setelah dia mau berbicara akibat kejadian
pertama kali bertemu ibu Ros tersebut, dia sudah lebih baik dalam hal interaksi
dengan oran lain, di sekolah dia sudah mau berbicara kepada teman-temannya,
namun dia masih akan diam ketika bertemu orang yang belum terlalu ia kenal. Pendidikan
yang dia dapatkan di sekolah ini yaitu dengan menempatkan anak sesuai dengan
kemampuan dan keterampilannya. Anak ini sudah ditempatkan pada jenjang SMA di
SLB ini karena dia sudah lulus melewati ujian SD, SMP, pelajaran yang di
ajarkan juga beragam yaitu semua bidang studi, hampir sama seperti di sekolah
normal, sepeti IPA, IPS, matematika, bahasa, agama, seni, keterampilan, dan
tata cara sederhana dalam kehidupan sehari-hari misalnya cara mencuci tangan
yang benar demi membangun kemandirian anak, banyak hasil karya kreativitas anak
ini dipajang di dinding sekolah, sangat bagus-bagus sekali, seperti lukisan,
sulaman, rumus-rumus dan masih banyak lagi.
Adapun
tujuan dari pendidikan ini sesuai dengan visi misi dari sekolah menjadikan anak
terdidik dan mandiri , menjadikan anak yang terampil, mampu berinteraksi hingga
akhirnya anak-anak ini mampu hidup dan berguna dalam masyarakat selayaknya
orang normal. Sudah jelas perkembangan
pesat yang terjadi pada anak ini setelah dia bersekolah di SLB, dari interaksi
yang sudah membaik, kognitif yang terus berkembang dengan baik pula ditunjukkan
dengan prestasi yang dia raih, dan ingatan yang sangat kuat, dia mampu
mengingat dengan baik kejadian apa saja yang dialaminya, contohnya saja saat
ditanyakan kapan dia menggigit tangan ibu Ros, dia bisa mengingat hari,
tanggal, sampai jam berapa hal itu terjadi dia bisa mengingat padahal kejadian
tersebut sudah 17 tahun yang lalu. Dia juga mengatakan dia ingin melanjutkan
kuliah di luar negeri dan memilih jurusan bisnis, dari hal ini kita bisa tahu
bahwa dia juga memiliki angan serta impian seperti kita, jadi sayang sekali
jika anak-anak ini tidak diberikan pendidikan yang layak, karena jika
dikembangkan dengan baik dan tepat terkait dengan pendidikan yang layak
tentunya, anak-anak ini bisa berprestasi dan sukses karena mereka sama seperti
kita, beri mereka kesempatan yang sama, jangan memandang mereka sebelah mata,
mari kita buka mata hati kita, karena tidak selayaknya mereka diasingkan,
mereka selalu bersikap ramah dan ceria, mereka sama seperti kita, bahkan
seharusnya kita bercermin kepada anak-anak ini.
B. Evaluasi
Dalam mengerjakan proyek mini,
tidak ada hambatan yang begitu berarti, hanya saja kami sulit untuk menentukan
waktu yang tepat untuk pengerjaan lebih lanjut setelah dari SLB, karena waktu
yang bertabrakakan antar anggota kelompok. Sehingga sangat lambat dalam
penyelesaian, seperti membuat kesimpulan juga dalam pembuatan poster.
Namun
secara keseluruhan berjalan baik, karena dikerjakan dengan kerja sama yang baik
antar anggota dalam kelompok. Saling melengkapi, memberi pendapat bagaimana
baiknya untuk menyelesaikan tugas ini.
C. Testimoni
Testimoni Kelompok :
Menurut kelompok,
proyek mini adalah tugas yang sangat bermanfaat, memberi pengetahuan, menambah
wawasan serta melatih kami untuk berani terjun ke lapangan, melatih mental kami
juga untuk meghadapi dan berinteraksi dengan masyarakat, khususnya dengan
adik-adik yang ada di SLB, yang merupakan pengalaman yang sangat berharga
sekali bagi kami. Dengan adanya proyek mini membuka mata hati kami bahwa masih
banyak hal-hal yang harus kita ketahui kita pelajari sebagai mahasiswa, yaitu
dengan terjun langsung ke lapangan.
Testimoni Anggota :
· Etika Mandasari 111301014
Weew,,,,beneran
pengalaman yang tak terlupakan tugas pddk3sks yang di berikan oleh dosen saya
dan membuat saya sedikit repot. Tugas mini proyek yang kelompok kami lakukan
adalah mengobservasi ABK di SLB-di kota medan. Pertama kali saya datang ke
SLB,itu lah observasi yang tidak dapat di lupakan,karena saya dan kelompok saya
melihat ank-anak yang sama seperti kami tapi dalam keadaan cacat mental.Mereka
sama seperti anak normal lainnya. Memiliki teman bermain,belajar,menghadapi
ujian.Yang membedakannya hanyala mereka sulit untuk berkomunikasi dan
berinteraksi.Tapi saya benar-benar merasa takjub terhadap mereka, walaupun
mereka mengalami gangguan mental tapi mereka sama seperti anak lainnya,yang
memiliki harapan dan cita-cita yang tinggi.Semangat belajar merekapn sangat
tinggi. 4 jam lebih kami menunggu mereka untuk melaksanakan ujian,rasa cape dan
bosanpun sekejap luntur,karena kami dapat bermain,belajar dan mendapatkan
pengalaman yang tidak terlupakan adalah mereka tidak pernah mengeluh.. ‘’
Jangan pernah pandang mereka berbeda,mereka sama seperti kita.Memiliki
semangat,senyuman dan harapan yang tinggi untuk masa depan’’. Oleh karena itu
syukurilah apa yang sudah ada pada diri kita,janngan pernah mengeluh atas segala
sesuatu yang telah kita miliki.Masih banyak teman-teman kita yang jauh belum beruntung
di bandingkan kita…
·
Gustina Handayani
Harahap 111301016
Kesempatan
yang berharga sekali bagi saya ketika bisa berinteraksi langsung dengan
anak-anak ini, rasa kagum dan haru saya rasakan ketika melihat senyuman
adik-adik yang ada di SLB C ini, keceriaan tidak pernah luntur dari wajah polos
mereka, dan keramahan mereka juga membuat saya betah disana, hal ini membuka
mata hati saya bahwa mereka juga berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Yang
jelas, proyek mini sangat bermanfaat bagi saya selain bisa secara langsung
bertemu adik-adik di SLB, dan menambah wawasan tentunya, kerjasama antar
kelompok juga terjalin dengan baik, sehingga tugas ini dapat diselesaikan
dengan baik, walaupun ada kendala, namun sejauh ini bisa diatasi. Pokoknya
proyek mini terasa sekali manfaatnya untuk saya.
·
Sharfina Fathin Yasin
111301110
Menurut
saya tugas ini berguna bagi saya karena saya dapat bertemu dengan anak-anak
yang luar biasa seperti mereka. Saya merasa kalau mereka itu sama seperti kita
yang memiliki cita-cita dan juga angan-angan yang tinggi.
Daftar pustaka :
Santrock., J.W. (2008). Psikologi
Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group Davison,
Gerald C. 1998. Abnormal Psychology. New York : John Wiley and Sons. Inc
World Health Organization. 1992. The ICD-10 Classification of Mental and Behavioral Disorder.Genewa : WHO
World Health Organization. 1992. The ICD-10 Classification of Mental and Behavioral Disorder.Genewa : WHO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar